Oleh: KM Rijal, Penggiat Media Sosial untuk Perdamaian dan Toleransi
INDONESIA itu unik banget. Dari Sabang sampai Merauke, kita punya ratusan suku, bahasa, budaya, sampai agama yang berbeda. Tapi justru di situlah kekuatan kita, yaitu keberagaman. Bhinneka tunggal Ika!
Dengan keberagaman, ketahanan sosial mestinya bisa terjaga. Namun masalahnya, belakangan ini ada saja pihak yang menjadikan keberagaman malah buat alasan ribut, bukan alasan bersatu.
Dari Politik Identitas sampai Medsos Beracun
Jujur aja, ada tiga hal yang bikin keberagaman kita kerasa rapuh atau membuat ketahanan sosial kita jebol:
- Politik identitas. Setiap hajatan politik, isu mayoritas-minoritas selalu dimunculin. Akhirnya polarisasi makin tajam.
- Intoleransi. Mau bangun rumah ibadah saja masih ribet, karena aturan berbelit.
- Medsos toxic. Sekali ada postingan provokatif, langsung viral. Ujaran kebencian gampang banget nyebar.
Kalau hal kayak gini dibiarkan, jangan heran kalau ketahanan sosial Indonesia gampang jebol.
Regulasi Ada, Tapi Kadang Jadi Masalah
Sebenarnya aturan sudah ada: UUD 1945, Pancasila, UU Penanganan Konflik Sosial, sampai program Moderasi Beragama dari Kemenag. Tapi masalahnya, implementasi di lapangan sering setengah hati. Bahkan ada aturan kayak PBM 2006 tentang rumah ibadah yang lebih sering salah tafsir hingga bikin konflik daripada nyelesain masalah.
Saatnya Move On dari Cara Lama
Kalau kita beneran serius mau jaga keberagaman, ada beberapa hal yang harus dilakuin:
- Revisi aturan jadul. PBM 2006 yang sudah nggak relevan, harus dirombak biar lebih adil.
- Sekolah harus lebih multikultural. Biar anak muda ngerti sejarah keberagaman Indonesia, bukan cuma hafal teks Pancasila.
- Literasi digital. Jangan biarin hoaks dan hate speech jadi trending tiap hari.
- Dialog lintas iman. Bukan cuma acara seremoni, tapi harus beneran nyambungin masyarakat di akar rumput.
- Hukum harus tegas. Intoleransi jangan lagi didiemin. Negara harus berani kasih sanksi.
Jangan Cuma Slogan
Keberagaman itu bukan hiasan di buku pelajaran atau slogan di gedung pemerintah. Itu fondasi hidup kita sehari-hari. Kalau fondasi ini retak, ketahanan sosial kita bisa hancur.
Intinya: jangan sampai lupa kalau kita Indonesia. Beda boleh, tapi tetap satu.