Ngaji Kebangsaan di Ponorogo: Merajut Persatuan dari Pancasila

DI MASJID Agung RMAA Tjokronegoro, Ponorogo, Rabu (1/10/2025), suasana terasa berbeda. Ribuan jamaah larut dalam Ngaji Kebangsaan yang digelar untuk memperingati Hari Kesaktian Pancasila.

Tema yang diangkat “Meneguhkan Pancasila, Menjaga Nusantara” menjadi resonansi penting di tengah dinamika kebangsaan yang kerap diuji oleh polarisasi.

Acara menghadirkan KH Ahmad Muwafiq atau Gus Muwafiq dari Sleman, Yogyakarta. Dengan gaya bertutur khasnya, ia mengurai Pancasila bukan sekadar teks konstitusi, melainkan sumbu persatuan yang tumbuh dari sejarah panjang Nusantara.

Pancasila: Sumbu dari Sejarah Panjang

“Pancasila bukan barang jatuh dari langit,” tegas Gus Muwafiq. Ia menelusuri jejak persatuan bangsa sejak berabad silam, mulai dari penyatuan Hindu dan Buddha dalam konsep Siwa-Buddha, hingga lahirnya gagasan kesetaraan rakyat yang menggantikan pola feodal kawulo-gusti.

Fondasi itulah yang kemudian dirumuskan Bung Karno menjadi Pancasila, falsafah hidup bersama yang merajut puluhan suku, ratusan bahasa, dan beragam agama. “Nenek moyang kita bukan hanya pewaris tanah, tapi juga pemikir besar yang mampu merajut perbedaan,” ucapnya.

Bangsa yang Kurang Bercerita

Dalam tausiyahnya, Gus Muwafiq mengingatkan pentingnya merawat warisan persatuan dan budaya. Namun, ia menyesalkan Indonesia jarang menceritakan kisah kebangsaannya sendiri.

“Amerika punya kisah heroik lewat film Hollywood. Korea menjual budayanya dengan drama dan musik. Jepang lewat anime. Malaysia melalui Upin-Ipin. Sementara kita, anak-anak lebih kenal BTS daripada tokoh bangsa sendiri,” ujarnya disambut tawa jamaah.

Padahal, lanjutnya, Indonesia menyimpan banyak kisah besar yang bisa menjadi kekuatan ekonomi sekaligus kebanggaan identitas. Dari Borobudur dan Prambanan, hingga kisah Singasari yang pernah mengalahkan pasukan Mongolia. “Itu bukti bangsa kita tidak kecil. Jangan minder,” tandasnya.

Pancasila sebagai Jalan Tengah

Sementara itu, Bupati Ponorogo Sugiri Sancoko yang hadir dalam acara tersebut menegaskan bahwa Pancasila adalah titik temu kehidupan berbangsa.

“Dasar negara ini tidak boleh dimonopoli mayoritas atau menekan minoritas. Pancasila harus berdiri di tengah, sebagai jalan tengah merangkai perbedaan,” ujarnya.

Menurut Kang Bupati, nilai-nilai Pancasila sejatinya telah melekat dalam budaya bangsa: toleransi, kerukunan, gotong royong, kerja keras, hingga semangat persatuan.

“Sekuat apapun badai menghantam, Pancasila tetap kokoh. Inilah warisan besar para pendiri bangsa yang harus kita rawat dan teladani,” tambahnya.

Menghidupkan Kembali Cerita Nusantara

Ngaji Kebangsaan di Ponorogo menjadi ruang kontemplasi sekaligus ajakan untuk kembali menengok akar sejarah. Pesan yang muncul jelas: persatuan harus dijaga bukan hanya dengan simbol, tapi juga dengan cerita, identitas, dan kebanggaan bersama.

Di tengah derasnya arus budaya global, bangsa ini membutuhkan cara baru untuk meneguhkan Pancasila: menghidupkan kembali cerita-cerita Nusantara, dari panggung lokal hingga arena dunia.

Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments

Jalin Kerjasama

GemaMerahPutih.com terbuka untuk kolaborasi dan kerjasama dengan seluruh lapisan masyarakat maupun lembaga. Silahkan hubungi kami:

Jenis Kerjasama

Form Pengaduan

Silahkan tuliskan pengaduan Anda di dalam form berikut: