DESA Bottobenteng, Kecamatan Majauleng, Kabupaten Wajo, kembali menegaskan diri sebagai simbol hidup rukun lintas agama. Setelah dikukuhkan sebagai Desa Sadar Kerukunan pada 2024, masyarakat setempat kini menggelar kembali kegiatan Pembinaan Desa Sadar Kerukunan, Senin (25/8/2025), yang diprakarsai Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kabupaten Wajo.
Kegiatan bertema “Membangun Harmoni dan Cinta Kasih dalam Perbedaan” ini dihadiri Kepala Bagian Tata Usaha Kanwil Kemenag Sulsel H. Aminuddin, Kepala Badan Kesbangpol Wajo, Camat Majauleng, Kepala Desa Bottobenteng, Kepala KUA, unsur kepolisian, para pendeta, tokoh agama, dan masyarakat lintas iman.
Warisan Kerukunan 90 Tahun
Dalam arahannya, Aminuddin menegaskan pentingnya merawat tradisi damai yang telah diwariskan leluhur Bottobenteng selama lebih dari sembilan dekade.
“Menjaga tradisi dan situasi kerukunan yang sudah ada merupakan kewajiban bersama. Jika ada inovasi baru yang lebih baik, mari kita lanjutkan. Namun apabila tidak lebih baik, jangan dilakukan,” tegasnya.
Aminuddin juga memberi apresiasi atas capaian masyarakat Bottobenteng yang mampu menjaga harmoni lebih dari 90 tahun.
“Apa yang telah diraih masyarakat Bottobenteng bukanlah hal mudah. Mereka membuktikan bahwa perbedaan tidak menjadi penghalang untuk hidup berdampingan dalam suasana damai dan penuh cinta kasih,” ujarnya.
Dokumentasi Kisah Damai
Ia mendorong Pemerintah Desa Bottobenteng untuk mengabadikan kisah damai tersebut dalam bentuk dokumentasi sejarah.
“Kalau kisah damai ini dibukukan atau didokumentasikan, ia akan menjadi teladan yang terus hidup sepanjang zaman,” tambah Aminuddin.
Teladan Bagi Sulsel
Suasana kegiatan berlangsung penuh keakraban, di mana warga lintas iman berkumpul dalam semangat persaudaraan. Menurut Aminuddin, nilai-nilai harmoni di Bottobenteng harus menjadi pemantik agar praktik baik ini menyebar ke wilayah lain.
“Jika semangat yang ada di Bottobenteng ini terus menyebar, saya yakin Wajo, bahkan Sulawesi Selatan, akan semakin dikenal sebagai tanah yang damai dalam naungan kebhinekaan,” pungkasnya.
Diketahui, Pemerintah Kabupaten Wajo, Kemenag Wajo dan Forum Kerukunan Umat Beragama Wajo melaunching Desa Sadar Kerukunan di Desa Bottobenteng, Kecamatan Majauleng, Senin 28 Oktober 2024.
Desa sadar kerukunan ini secara resmi turut dilaunching Kepala Badan Perencanaan Pembangunan, Penelitian dan Pengembangan Daerah (Bappelitbangda) Kabupaten Wajo Andi Pallawarukka.
Desa Sadar Kerukunan yaitu desa yang nyaman bagi seluruh pemeluk agama. Mereka bisa hidup berdampingan dengan damai, tanpa menjadikan perbedaan agama sebagai halangan untuk berinteraksi.
Penetapan dilakukan berdasarkan hasil musyawarah FKUB, Kemenag dan pemerintah daerah, melalui persyaratan, yakni dalam satu desa terdapat lebih dari satu agama yang dianut oleh masyarakatnya. Kemudian terdapat tiga bangunan tempat ibadah dari agama yang berbeda; serta tidak pernah terjadi konflik antar pemeluk agama satu dengan yang lain alias penuh kedamaian, hidup rukun dan damai.
Keterangan Foto: Kepala Bagian Tata Usaha Kanwil Kementerian Agama Provinsi Sulawesi Selatan, H. Aminuddin, dalam arahannya menegaskan pentingnya menjaga situasi kerukunan yang sudah ada. (sulsel.kemenag.go.id)