Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kabupaten Lombok Barat resmi membentuk Desa Sadar Kerukunan di Desa Mareje, Kecamatan Lembar, Rabu (24/9/2025).
Program ini ditujukan untuk memperkuat kesadaran masyarakat akan pentingnya hidup rukun di tengah keberagaman, khususnya antara penganut Islam dan Buddha.
Ketua FKUB Lombok Barat, H. Suhaimi Syamsuri, menyatakan bahwa Desa Sadar Kerukunan menjadi wadah strategis untuk mempromosikan harmoni sosial.
“Perbedaan adalah sunnatullah, dan keberagaman keyakinan harus menjadi perekat, bukan pemecah,” ujarnya.
Masyarakat Mareje Jadi Teladan
Kepala Desa Mareje, H. Muhsin Salim, menyambut baik inisiatif ini. Menurutnya, masyarakat Mareje sudah terbiasa hidup rukun meski berbeda keyakinan.
Bahkan, banyak warga masih satu rumpun keluarga meski menganut agama berbeda, menunjukkan integrasi sosial yang kuat.Sebanyak 15 pengurus Desa Sadar Kerukunan dilantik, terdiri dari tokoh agama, pemuda, dan pemerintah desa.
Dialog Lintas Iman dan Dukungan Pemerintah
Usai pengukuhan, acara dilanjutkan dengan Dialog Kerukunan Umat Beragama yang menghadirkan pembicara dari Kemenag NTB, FKUB Provinsi NTB, Kesbangpol Lombok Barat, Dinas PMD, serta Kemenag Lombok Barat.Ketua FKUB Provinsi NTB, Buya M. Subki Sasaki, menilai Desa Mareje memiliki prestasi membanggakan.
“Desa ini sering menjadi lokasi penelitian akademisi karena konflik yang pernah terjadi cepat diselesaikan, dan masyarakat mampu kembali rukun. Ini prestasi yang wajib dijaga,” tegasnya.
Perwakilan Dinas PMD Lombok Barat menambahkan, pemerintah desa bisa mengalokasikan anggaran untuk menjaga keberlanjutan program kerukunan.
Dukungan Lintas Sektor
Acara ini juga dihadiri Camat Lembar, perwakilan Polsek dan Danposramil, Kasi Buddha, Kasi Hindu Kemenag Lombok Barat, kepala dusun, BPD, Karang Taruna, hingga tokoh masyarakat. Kehadiran lintas sektor ini menegaskan pentingnya sinergi untuk menjaga harmoni.
Model untuk Desa Lain
Pembentukan Desa Sadar Kerukunan Mareje menjadi bukti nyata kolaborasi pemerintah, tokoh agama, dan masyarakat dalam menjaga persatuan. Program ini diharapkan bisa menjadi model replikasi bagi desa-desa lain di NTB dan seluruh Indonesia.