Jakarta (GMP)—Di tengah maraknya kasus intoleransi belakangan, khususnya aksi Sekelompok orang membubarkan kegiatan keagamaan atau retret pelajar Kristen di sebuah vila di Kabupaten Sukabumi pada Jumat (27/6), sebuah pertemuan hangat dan penuh makna terjadi di Gereja Katedral Jakarta. Uskup Agung Kardinal Ignatius Suharyo menerima kunjungan dari Pengasuh Pesantren dan Mursyid Thoriqoh, Syekh Moch. Mukhtarulloh Mujtabaa Mu’thi seorang Mursyid Thoriqoh Shiddiqiyyah, Rabu (16/07/25).
Pertemuan ini bukan perjumpaan kebetulan belaka, tetapi shillaturahhmi kebangsaan dan keummatan dua tokoh agama, untuk mengukuhkan kebhinekaan dan sebuah bentuk kongkrit dari harmonitas lintas iman—cahaya toleransi dari akar keragaman bangsa Indonesia. Apalagi disana kini tersedia Terowongan Silaturahim yang menghubungkan Masjid Istiqlal dan Gereja Katedral—dua rumah ibadah megah yang berdiri berdampingan sebagai simbol dialog dan indahnya kedamaian.

Terowongan Silaturahim diresmikan oleh Presiden Prabowo Subianto pada 12 Desember 2024 lalu. Dalam peresmiannya, Presiden Prabowo menyatakan, “Peresmian Terowongan Silaturahim antara masjid Istiqlal dan Gereja Katedral ini merupakan sesuatu simbol dari kerukunan antara umat beragama yang menjadikan bangsa kita memiliki ciri yang sangat unik dan yang sangat membanggakan di mata dunia.
Salain itu, terowoangan itu juga menjadi pengingat bahwa beragama bukan sebagai faktor disintegrasi bangsa namun justru pengokoh persatuan. Dalam Asta Cita Presiden Prabowo Subianto, toleransi tercantum pada asta kedelapan. Karena itu, dalam Asta Cita, Toleransi Antarumat Beragama jadi prioritas, yaitu, memperkuat penyelarasan kehidupan yang harmonis dengan lingkungan, alam, dan budaya, serta peningkatan toleransi antarumat beragama untuk mencapai masyarakat yang adil dan makmur.
Adanya agenda silaturrahmi kebangsaan anatara dua tokoh agama tersebut menunjukkan pemerintah era Prabowo punya agenda dan semangat yang tinggi dalam merawat kebhinekaan demi terwujudny persatuan dan pembangunan yang berkelanjutan.