Pesan Kerukunan Gus Miftah Saat HUT ke-80 RI di Pesantren Ora Aji, Toleransi dari Wamena untuk Indonesia

SUASANA khidmat sekaligus meriah terasa di halaman Pondok Pesantren Ora Aji, Sleman, Minggu (17/8/2025), saat KH Miftah Maulana Habiburrohman atau Gus Miftah memimpin upacara HUT ke-80 Kemerdekaan RI.

Dengan balutan busana merah putih dan peci hitam, Gus Miftah tampil tegas sekaligus penuh kehangatan. Arena upacara dihiasi nuansa merah putih yang menyolok, diikuti ribuan santri, keluarga besar pesantren, serta perwakilan lintas suku dan agama. Antusiasme peserta semakin menambah semangat peringatan detik-detik proklamasi.

Toleransi dari Wamena, Papua Pegunungan

Di sela upacara, Gus Miftah menghadirkan kisah inspiratif dari Wamena, Papua Pegunungan, di mana umat Katolik bergotong royong ikut membantu pembangunan masjid yang sedang dikerjakan masyarakat muslim. Baginya, inilah wajah asli Indonesia yang penuh kerukunan.

Warga Wamena, sejumlah perwakilannya, hadir langsung dalam upacara di Pondok Pesantren Ora Aji.

“Kerukunan tidak lahir dari keseragaman, tetapi dari hati yang rela berbagi ruang. Kalau satu suku terluka, seluruh bangsa ikut sakit. Kalau satu agama dihina, seluruh bangsa ikut menunduk,” ujar Gus Miftah.

Sebagai wujud nyata dukungan, Gus Miftah menyerahkan bantuan Rp500 juta untuk pembangunan masjid di Wamena.

Pesan Kerukunan: Lawan Kebencian dengan Cinta

Dalam sambutannya yang penuh nuansa kebangsaan, Gus Miftah mengingatkan bahwa merah putih tidak dijahit dengan benang, melainkan dengan darah para syuhada bangsa. Ia menekankan pentingnya mengisi kemerdekaan dengan cinta tanah air, persatuan, dan karya nyata.

“Jangan kotori merah putih dengan perpecahan. Lawan kebencian dengan cinta tanah air, lawan intoleransi dengan kerukunan,” tegasnya.

Gus Miftah juga mengutip sabda Rasulullah SAW:

“Seorang mukmin dengan mukmin lainnya bagaikan satu tubuh. Jika satu anggota tubuh sakit, maka seluruh tubuh ikut merasakan sakit.” (HR. Muslim)

Menurutnya, Indonesia adalah satu tubuh yang harus dirawat bersama agar tetap sehat, kuat, dan utuh.

Kemerdekaan Adalah Titipan

Gus Miftah menutup pidatonya dengan refleksi mendalam tentang arti kemerdekaan.

“Kemerdekaan adalah titipan, bukan milik kita semata, tapi milik anak cucu yang akan mewarisi negeri ini. Mari kita isi dengan karya, prestasi, dan persatuan. Indonesia bukan milikku, bukan milikmu, tapi milik kita semua,” serunya.

Dengan suara lantang, Gus Miftah memimpin pekik “Merdeka!”, disambut gegap gempita seluruh peserta.

Dirgahayu Indonesia ke-80

Upacara di Pesantren Ora Aji ini sekaligus menjadi pengingat bahwa kemerdekaan bukan hanya soal simbol, tetapi juga tentang merawat kebhinekaan, menyemai kerukunan, dan membangun bangsa yang adil, makmur, serta sejahtera.

Selain simbolis pemberian bantuan untuk pembangunan masjid di Wamena kepada pemuda Papua, upacara HUT Ke-80 RI di Pesantren Ora Aji ini dirangkai jalan sehat merah putih dan ragam perlombaan menyemarakkan kemerdekaan.

Dirgahayu Republik Indonesia ke-80! Jayalah Indonesiaku.

Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments

Jalin Kerjasama

GemaMerahPutih.com terbuka untuk kolaborasi dan kerjasama dengan seluruh lapisan masyarakat maupun lembaga. Silahkan hubungi kami:

Jenis Kerjasama

Form Pengaduan

Silahkan tuliskan pengaduan Anda di dalam form berikut: