ACARA pengajian di Dusun Sambo, Desa Pegundan, Kecamatan Petarukan, Kabupaten Pemalang, Rabu, 23 Juli 2025, menyisakan pilu. Bentrokan dua kelompok massa yaitu Front Persaudaraan Islam (FPI) dan Perjuangan Walisongo Indonesia Laskar Sabilillah (PWI-LS) pecah di sekitar lokasi pengajian. Insiden ini memilukan, bukan hanya secara fisik, tapi juga dalam harmoni keberagamaan warga.
Rais Syuriyah PCNU Pemalang, KH Chusnan Tafsir, menyampaikan keprihatinan mendalam atas peristiwa itu. “Seharusnya pengajian dan Haul menjadi ruang bersama untuk mempererat ukhuwah, bukan malah menjadi ajang pertikaian,” ujar Kiai Chusnan, dikutip dari laman NU Jateng, Jumat (24/7).
Ia menyayangkan kekerasan justru muncul dalam ruang religius yang seharusnya memancarkan pesan kedamaian. Dalam pandangannya, perbedaan paham antarormas Islam adalah hal lumrah. Namun, tanpa kedewasaan dalam menyikapinya, perbedaan itu bisa menjelma bara konflik.
“Islam mengajarkan bahwa perbedaan adalah rahmat. Kalau tidak bisa disatukan, ya cukup dipahami dan dihargai,” katanya.
Ia mengajak warga Nahdliyin serta seluruh umat Islam agar mengedepankan persatuan dalam bingkai ukhuwah Islamiyyah, ukhuwah wathaniyah, dan ukhuwah basyariyah.
Lebih lanjut, ia menekankan pentingnya peran ulama sebagai penyejuk dalam masyarakat. “Ulama harus menjadi garda depan meredam konflik, mengajak umat kembali pada semangat Islam yang rahmatan lil alamin,” tegasnya.
Polisi menyebut bentrokan terjadi sekitar pukul 23.00 hingga 23.30 WIB, tepat saat Safari Dakwah yang menghadirkan Habib Muhammad Rizieq Shihab tengah berlangsung. Jaraknya tak sampai 50 meter dari panggung utama. Suasana sempat mencekam, meski acara pengajian tetap berlangsung hingga pukul 01.00 dini hari di bawah pengamanan ketat.
Kapolres Pemalang, AKBP Eko Sunaryo, menjelaskan bahwa insiden terjadi antara massa FPI dan PWI-LS. “Alhamdulillah acara tetap selesai, tapi bentrok memang tidak bisa dihindari,” katanya saat jumpa pers, Jumat (25/7).
Sebanyak 675 personel gabungan terdiri dari Polri, TNI, dan unsur pemerintah daerah telah disiagakan sejak awal. Bahkan kedua ormas sudah menandatangani surat pernyataan damai. Namun, itu tak cukup membendung amarah di lapangan.
Empat anggota Polri mengalami luka-luka, dua di antaranya dilarikan ke RS Siaga Medika. Dari pihak ormas, sembilan anggota PWI-LS dan dua orang dari FPI juga terluka, sebagian besar di bagian kepala. Bupati Pemalang dikabarkan akan menanggung seluruh biaya pengobatan.
Seruan dari Aparat dan Tokoh
Kapolres menegaskan aparat akan menindak tegas siapa pun yang terbukti menjadi provokator. Situasi kini disebut telah terkendali, namun patroli dan penjagaan tetap digiatkan untuk mengantisipasi konflik lanjutan.
“Jangan ada bentrokan susulan. Mari jaga Pemalang tetap aman dan damai,” tegas Eko.
Senada dengan itu, Kabid Humas Polda Jateng, Kombes Artanto, mengajak warga untuk menjadikan peristiwa ini sebagai cermin penting tentang urgensi menjaga kerukunan. “Kedamaian tak bisa semata-mata dibebankan ke Polri. Perlu peran aktif semua pihak untuk menahan diri dan tidak mudah terprovokasi,” ujarnya.
Dalam konteks sosial yang kian rentan, imbauan para tokoh agama dan aparat keamanan tampaknya bukan sekadar basa-basi. Ia adalah panggilan untuk menghidupkan kembali semangat toleransi yang kian rapuh di tengah hiruk-pikuk perbedaan.